Destilasi Alkena
Pernah bahagia kita
merekah indah, tanpa sedikitpun gelisah.
Saat lantunan rindu
adalah alasan tiap pertemuan, saat mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan.
Semurung mendung
sederas hujan, mimpiku memuai hebat adanya ketiadaan.
Aku tak pernah menyesal
atas keputusanmu memilihnya, yang aku sesalkan adalah tidak ada sedetikpun
kesempatan bagiku membuatmu bahagia.
Kesalahanku,
menjadikanmu alasan segala rindu..
Waktupun mengurangi
tetesan hujan, menjadi bulir-bulir kenangan.
Ia menelusuk tanpa
permisi membasahi nurani.
Merangkat naik menyusun
kata yang dibicarakan oleh pelupuk, memaksa mata bekerja mengeluarkan kalimat
penuh derita.
Degup jantung menyatu
detik, menyuarakan penyesalan yang runtuh menitik.
Bukan perih yang aku
ratapi, tapi pengertian yang tak pernah kau beri.
Sadarlah... aku telah
mencintaimu dengan terengah-engah.
Mencibir oksigen dengan
menjadikanmu satu-satunya udara yang aku izinkan mengisi setiap rongga.
Menghempas darah dengan
namamu yang mengalir membuat jantungku berirama.
Padamu aku jatuh hati..
bahkan sebelum tuhan merencanakan adam dan hawa diturunkan ke bumi.
Kesalahanku, tak pernah
mencintaimu selain kamu...
Tingkat sepi paling
mengerikan adalah sepi dalam keramaian, mengulik rasa secara primitif dan tak
pernah mengenali dunia yang telah jauh mengalami perubahan
Bagaimana mungkin aku
menjauh, jika hanya padamu keangkuhanku meluluh?
Bagaimana mungkin aku
pergi, jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi?
Bagaimana mungkin aku
berpindah, jika hanya padamu hatiku bersinggah?
Kesalahanku, isi doaku
tak pernah selain dirimu..
Cinta tak selamanya
tentang kepemilikan, tapi cinta adalah tentang keikhlasan.
Terima kasih untuk
segala rasa..
Kesalahanku adalah tak
pernah merasa, bahwa untuku kau tak pernah punya cinta.
KITA
Karena sering kita melihat hati-hati yang patah,sebelum cinta benar-benar merekah.
Semua itu berujung pada saling menyalahkan dan saling mencaci satu sama lain.
Hingga akhirnya tak pernah ada lagi saling sapa akibat kegagalan menanggapi rasa.
Jatuh
cinta tak pernah bisa dikatakan biasa.
Ada rindu yang selalu jatuh di terik sepi yang lupa berteduh.
Ada bosan yang selalu tertolak di tiap angan yang begitu menginginkan.
Serta, ada sakit yang tak akan pernah membekas di tiap hati yang selalu ikhlas.
Ada rindu yang selalu jatuh di terik sepi yang lupa berteduh.
Ada bosan yang selalu tertolak di tiap angan yang begitu menginginkan.
Serta, ada sakit yang tak akan pernah membekas di tiap hati yang selalu ikhlas.
Iya, maaf.
Kata sederhana yang selalu menjadi juara.
Begitu mudah diberikan, begitu cepat dilupakan. Berikut semua penjelasan tanpa henti tentang berhenti menyakiti hingga janji setia sampai mati.
Beserta pelukan hangat sehabis pertengkaran dan bisikan sayang yang begitu menenangkan.
Kata sederhana yang selalu menjadi juara.
Begitu mudah diberikan, begitu cepat dilupakan. Berikut semua penjelasan tanpa henti tentang berhenti menyakiti hingga janji setia sampai mati.
Beserta pelukan hangat sehabis pertengkaran dan bisikan sayang yang begitu menenangkan.
Kemudian, lupa akan luka. Hilang
akan benci.
Perlahan pun. Berganti.
Perlahan pun. Berganti.
Lepas genggaman, cinta terbunuh
pelan-pelan.
Terutama, tentang kita.
Sesederhana aku mencintaimu, serumit itu kau mencintainya.
Sesederhana aku ingin membahagiakanmu, serumit itu kau bahagia dengannya.
Sesederhana aku mencintaimu, serumit itu kau mencintainya.
Sesederhana aku ingin membahagiakanmu, serumit itu kau bahagia dengannya.
Kau, adalah nama dalam doa yang
selalu kubicarakan dengan Tuhan.
Sebelum akhirnya aku sadar, satu huruf terucap dariku pun tak pernah kau dengar. Namun ingat, pada kehilanganmu aku berpesan JANGAN MENCARIKU! Tapi tanyakan pada perasaan, adakah aku di masa depanmu?
Sebelum akhirnya aku sadar, satu huruf terucap dariku pun tak pernah kau dengar. Namun ingat, pada kehilanganmu aku berpesan JANGAN MENCARIKU! Tapi tanyakan pada perasaan, adakah aku di masa depanmu?
"Karena kita, adalah satu
ragu yang mengumpul untuk saling menjauhi
Kita, adalah dua hati yang sudah
enggan bertegur harap dalam janji
Kita, adalah tiga kata ‘Aku
Sayang Kamu’ yang membisu dalam sepi.
dan
K.I.T.A, adalah empat huruf yang
tak bisa dipersatukan kembali.."
Kopi, Lukisan, Kenangan
Lihat..
Tepat setelah lampu-lampu di padamkan
Kau menyala sebagai satu-satunya yang aku rindukan
Disini,
Di tempat yang paling kamu hindari
Aku pernah berdiri
Menggores kata menulis warna
Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan
Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang
Retak berserakan ..
Tanpa kediaman
Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi
Dengar,,
Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan
Kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan
Disini, di peluk yang pernah kau nikmati
Aku masih sendiri
Mencari kehilangan, menemui perpisahan
Pada letupan kenang yang memuat kekosongan
Aku membicarakann senyummu di keindahan yang telah hilang
Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara
terlarut dalam pahit di seduh air mata
Tunggu..
Santailah sejenak
Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan
Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan
Satu kisah yang pernah kita upayakan
Beribu rencana yang pernah kita perjuangkan, lenyap
kau memutuskan berpindah hati
Sebelum satu persatu rencana berhasil di wujudkan
Menggores kesadaran
menyayat perasaan
Pada setiap kata yang memuat pertanyaan
Aku mencari kau yang aku rindukan
Aku menyapa kau yang aku nantikan
Aku mencari
Aku menyapa
Aku menanti
Aku merindu
Aku terisak
Aku menunggu hadirmu
Dan kini,
Satu-satunya yang tersisa hanyalah goresan yang aku buat sebahagai prasasti kesendirian
Kapanpun sunyi merasuk jiwamu, kemarilah
pesan kopi terpahit dengan kenangan termanismu
Genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia
Dan bila hatimu butuh di dengarkan..
Temui aku dalam perbincangan, niscaya kopi yang kau pesan tak akan sepahit kehilangan.
Elegi Hemostasis
Terkadang tangis tak
selalu mengurai luka, ia juga mengisyaratkan bahagia dalam derai air mata.
Seperti saat ini, kala
kau hadir di tenagh-tengah sepi.
Menegaskan bahwa tak
bisa melupakanmu, bukan berarti aku tak bisa menemukan cinta yang baru.
Sebab rinduku ini
bagaikan pualam, aku harus membiasakan ia tergesek beragam rasa agar tetap
berkilau tak seragam.
Agar hati tak berubah
menjadi jeruji, tanpa warna yang bergantian menghiasi.
Cinta, hadirmu ada, menyajikan suatu karunia..
Ya.. aku jatuh cinta, kelip
bintang dan terang bulan terasa biasa.
Entahlah, mungkin
mereka kalah meriah oleh hatiku yang kian merekah.
Keluar dari peparumu
yang mengimpit sesak, menyapu debu-debu masa lalu yang hinggap di sudut riak.
Mendorongnya hingga
kerongkongan, membereskan sia janjimu yang masih menempel di perasaan.
Cuh... ludah itu untukmu, dan semua masa laluku.
Melawan arus rindu yang
biasanya, mengalahkan keinginan untuk mencintaimu selamanya.
Menggedor beribu pintu,
menawarkan cinta yang baru.
Bersiap untuk berjuta kenyamanan
yang hadir saat dipersilahkan, berpeluk kembali pada setiap kecewa saat
penolakan.
Tak masalah..
Bagiku itu lebih
terpuji daripada harus hidup dihatimu lagi.
Sebab kini malamku,
bukan lagi tentang kamu...
Singgah.. ke tiap hati dengan semangat yang membuncah.
Mencari yang paling
tepat, kadang terlalu jauh mencari hingga melupa hati yang paling dekat.
Menyusuri ruang
penasaran terbaik, berpasrah akan kembalinya perasaan yang di bolak-balik.
Berputar hebat merotasi
waktu, sebab telah datang pesona gugup menunggu akan hadir sebuah temu.
Memberi kejutan yang
menyenangkan, memberi pelukan yang menenangkan.
Mengakhiri dengan
kecup, menegaskan masa lalu yang telah ku tutup.
Sampai..
Menetap dengan indah.
Pada satu hati, pada
satu cinta yang mendiami.
Setia pada pilihan,
walau jauh darri kesempurnaan.
Sebab bahagia itu
diciptaka bukan ditemukan.
Bertanggung jawab
secara adil, pada setiap keping hatinya
yang aku ambil.
Bertanggung jawab
secara penuh, menjaga hubungan agar tetap utuh.
Menjadi satu-satunya alasan
cinta yang jatuh, tanpa meminta harapan lain yang harus runtuh.
Menjagamu, agar tetap
utuh dipelukanku, hingga terlepas oleh kehendak waktu.
Karna kini kamu adalah
kamu, bukan lagi tentang dia..
Deteorisasi Hepatalgia
Ada denyut sesak saat
mendengar kabarmu sekarang, bahwa kau telah menemukan seseorang, dan bersamanya
kalian saling mengikat sayang.
Kau mengabariku untuk
datang, berkunjung pada singgasana yang membuat kalian menjadi raja dan ratu
semalam.
Aku terdiam, seperti
yang kau lakukan dulu saat aku mengungkapkan rasa padamu.
Bahwa sesungguhnya aku
tidak terima atas segala bahagiamu, karena aku selalu yakin aku yang paling
bisa membahagiakanmu.
Namun terlambat,
padanya cintamu telah tertambat.
Kau tak pernah memberikan kesempatan, menjadikanku teman cerita sudah cukup membuatmu nyaman.
Sedetik saja sungguh
aku ingin memilikimu, walau tak selamanya paling tidak, bisa mewarnai sebuah
cerita.
Karena kini tentangmu
hanyalah perih, dan penyesalan yang terucap lirih.
Isi kepalaku masih saja
tentangmu, namun ketiadaanku dihatimu membuatnya pilu.
Satu hal yang masih
membuatku tersenyum adalah anugerah kehormatan yang kau berikan atas hancurnya
segala perasaan.
Namun tersenyum, hanya
kamufulase kesedihan dari rasa sakit yang begitu ranum.
Ditemani kepulan
penyesalan dari rokok yang aku bakar dengan kecemburuan, aku merayakan
kepergianmu bersama air mata yang merintik bersamaan.
Ditempat berbeda pun
kita bercerita, kau dan dia berpelukan dalam ikatan pernikahan,
Aku disini berpelukan
dengan kesendirian.
Cintamu resmi dia miliki, dengan segala ucapan selamat yang mengiringi kalian dalam ikatan suci.
Namun terserah, mimpiku
tentangmu telah berubah.
Aku adalah secangkir
teh yang kau lewatkan di lain meja, yang tak diaduk menjadi dingin dalam hambar
yang sempurna.
Terlalu sering kau
lupa, sering pula kau jadikan bahan bercanda, yang akhirnya kau hubungi saat
tangismu mendera.
Sebelum akhirnya
tenggelam ditelan diam, mulutmu hanya berbicara tentang lain pertemuan, padahal
didepanmu aku melebarkan telinga menunggu jawaban.
Terkumpul kekecewaan,
kau semakin tak wajar membicarakan orang lain di depan hati yang jelas-jelas
mendamba kepastian.
Tak perlu terkau pikirkan perasaan orang lain, terlihat jelas bahagiamu terlalu egois untuk dibagi.
Aku pun tak terima jika
nantinya aku hidup dengan seorang pematah janji;
Maka
bersenang-senanglah dengan dia yang kau pilih untuk menemanimu sampai tua,
hingga suatu hari nanti mendengar namaku akan membuatmu terbunuh tepat di dada.
Penyesalan akan mengerogoti
perasaanmu, ucapan maaf akan kau teriakan dalam setiap doa, dan tangisan akan
menyelimuti setiap malammu penuh nelangsa.
Namun sia-sian, pada
hari itu rasaku padamu telah tiada.
Sebab aku memutuskan
pergi, karena ternyata hatiku terlalu mulia untuk kau tinggali.
Dan bila nantinya
hatimu diselimuti oleh kerinduan, menangislah karena kau telah kulupakan.
Saudara satu nama
ReplyDeleteNtapp soul pokoke,
ReplyDeletekeren nih puisinya
ReplyDeleteEmang keren
ReplyDeleteOk nice
ReplyDeletekeren sekali puisinya kak wira....
ReplyDeletebelajar otodidak dengan banyak membaca tulisannya..
Wira Nagara 😍 subhanallah
ReplyDeleteAnjay
ReplyDeleteWER WER WER
ReplyDeleteMantap mantap
ReplyDeleteSangat memotivasi
ReplyDelete👍
ReplyDeleteDalem sekalii
ReplyDelete👍👍
ReplyDeleteNgeriiiii!!
ReplyDeletepuisinya wira nagara bagus-bagus ya :)
ReplyDelete